Palestina adalah sebuah wilayah di Timur Tengah yang memiliki sejarah panjang dan kompleks. Wilayah ini telah menjadi pusat peradaban dan budaya sejak peradaban kuno. Namun, sejarah Palestina juga telah ditandai oleh konflik dan ketegangan politik yang berkepanjangan, terutama dalam konteks konflik antara orang Palestina dan israel.
Sejarah Palestina dapat ditelusuri kembali ke zaman atau peradaban kuno, ketika wilayah ini menjadi pusat peradaban bangsa Kanaan, yang merupakan nenek moyang orang-orang Palestina.
Pada abad ke-7 Masehi, wilayah Palestina ditaklukkan oleh pasukan Muslim yang dipimpin oleh Khalid bin Walid, yang dikenal sebagai “Pedang Allah” pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Selama masa kekhalifahan Islam, Palestina menjadi pusat penting bagi umat Muslim, terutama karena mengandung situs-situs suci seperti Masjid Al-Aqsa di Yerusalem.
Baca juga: Abu Bakar Ash-Shiddiq: Cahaya Kesetiaan dalam Masa Kegelapan
Selama berabad-abad berikutnya, wilayah Palestina berada di bawah kekuasaan berbagai dinasti dan kekhalifahan Islam. Pada abad ke-16, wilayah Palestina menjadi bagian dari Kekaisaran Utsmaniyah dan diperintah oleh penguasa Utsmaniyah hingga akhir Perang Dunia I. Selama periode ini, populasi Yahudi dan Arab di wilayah tersebut hidup berdampingan.
Setelah Perang Dunia I, wilayah Palestina jatuh ke tangan Inggris berdasarkan Perjanjian Versailles pada tahun 1919. Inggris mendapatkan mandat untuk mengatur wilayah ini dan berjanji untuk mendukung pendirian “tanah air nasional bagi bangsa Yahudi”. Janji ini menyebabkan meningkatnya imigrasi Yahudi ke Palestina dan meningkatkan ketegangan antara penduduk Arab dan Yahudi di wilayah tersebut.
Pada tahun 1947, PBB mengusulkan rencana pembagian Palestina menjadi dua negara, yaitu satu negara bagi orang Yahudi dan satu negara bagi orang Arab. Rencana ini diterima oleh para pemimpin Yahudi, tetapi ditolak oleh para pemimpin Arab.
Pembentukan negara israel diikuti oleh perang dengan negara-negara Arab sekitarnya, yang dikenal sebagai Perang Arab-israel 1948. Perang ini menyebabkan ratusan ribu warga Palestina diusir dan mengungsi dari tanah mereka sendiri serta menciptakan permasalahan besar dalam konflik Palestina-israel.
Konflik tersebut mencakup perang Arab-Israel tahun 1948, Perang Enam Hari tahun 1967, dan Perang Yom Kippur tahun 1973. Selama periode ini, banyak wilayah Palestina diduduki oleh Israel, dan rakyat Palestina mengalami kesulitan dan penderitaan akibat pendudukan tersebut.
Konflik Palestina-israel berlanjut hingga saat ini, melibatkan perang, okupasi, dan kekerasan dari kedua belah pihak. Palestina terus berjuang untuk hak-hak kemerdekaannya.
Baca Juga: Pertempuran Yamamah: Perang Saudara dalam Sejarah Islam
Sejak awal 1990-an, ada upaya-upaya untuk mencapai perdamaian antara orang Palestina dan israel melalui negosiasi dan perjanjian damai. Salah satunya adalah kesepakatan Oslo pada tahun 1993, yakni sebuah perjanjian bersejarah yang ditandatangani antara israel dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang dimulai pada tahun 1991 ketika israel dan PLO secara rahasia memulai pembicaraan damai di Norwegia. Perundingan ini dipandu oleh pemerintah Norwegia dan diadakan dengan sangat rahasia untuk menghindari tekanan dan intervensi dari kelompok-kelompok ekstrem di kedua belah pihak.
Hasil dari perundingan rahasia tersebut adalah Deklarasi Prinsip-Prinsip (Declaration of Principles atau DoP), yang ditandatangani di Washington, D.C. pada 13 September 1993. Deklarasi ini menjadi tonggak awal dalam proses perdamaian dan membuka jalan bagi perundingan lebih lanjut.
Meskipun Kesepakatan Oslo dianggap sebagai langkah maju dalam mencapai perdamaian antara israel dan Palestina, implementasinya menghadapi banyak tantangan dan kesulitan. Beberapa kelompok ekstrem menentang kesepakatan tersebut dan berupaya menggagalkannya dengan melakukan serangan dan tindakan kekerasan.
Referensi:
© Copyright by AgieFaishal
0
Tunggu sebentar…